Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.
Kategori gramatikal adalah golongan satuan bahasa yang dibedakan atas bentuk, fungsi, dan makna seperti kelas kata, jenis, kasus, kata, dll. (Kridalaksana,1982).
Secara umum kategori gramatikal yang banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word). Ke dalam kelompok pertama termasuk kata dan kelas verbal, nominal, ajektival, dan adverbial; dan ke dalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang disebut preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Tetapi perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia ada sejum!ah morfem dasar yang belum berkategori baik gramatikal maupun semantikal, misalnya morfem acu, juang, henti, kibar, kitar, dan remang (Chaer, 2009; Harimurti 1986).
Secara gramatikal morfem-morfem tersebut tidak dapat muncu! daam satuan-satuan sintaksis tanpa bergabung dulu dengan morfemmorfem tertentu, balk afiks maupun morfem dasar Iainnya. Secara semantik monfem-morfem itu pun dianggap tidak bermakna, sehingga dalam kamus Poerwadarminta (1982) maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) morfem-morfem tersebut memang didaftar sebagai lema (entri) tetapi tidak diberi makna. Yang diiberi makna adalah bentuk derivasinya.
Kelas kata atau partikel leksikal (: part of speech, lexical category) adalah penggolongan menurut bentuk, fungsi, dan maknanya. Meskipun secara ada persamaan antara kelas dalam berbagai , ciri-ciri formal kelas kata dapat berbeda antara bahasa. Misalnya, kelas yang secara semantik universal mewakili orang atau benda, dalam biasanya ditandai oleh ketidakbisaannya diberi kata tidak. sedangkan dalam nomina mempunyai penanda pluralis dan genitive. Katagori gramatikal bahasa Indonesia dibagi menjadi delapan golongan besar yaitu katagori nomina, verba, adjektiva, pendamping, dan penghubung.
Berikut ini penjelasan
dilihat dari
katagori nomina, verba, adjektiva, pendamping, dan penghubung
Kata-kata atau leksem-leksem nominal dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung ciri makna [+Benda ( B)]; dan oleh karena itu leksem-leksem nominal secara struktural akan selalu dapat didahului oleh preposisi di atau pada. Berdasarkan analisis semantik lebih lanjut leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkkan atas tipe-tipe:
a)
Tipe I
Tipe I berciri makna utama [+Benda, + Orang (O)]. Tipe satu ini terbagi atas enam subtipe I yang masing-masing berbeda pada ciri makna ketiga. Keenam suptipe I ini adalah:
1. Subtipe Ia
Berciri makna [+Benda, +Orang, + Nama Diri (ND)]. Contohnya, Anita, Sari, Vinda, dan Marsya. Selain berciri makna +B, +O, dan +ND, leksem nominal dari subtipe ini juga mengandung komponen makna [+bernyawa (NY), +konkret (K), dan tidak terhitung (-H)]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ia ini mengandung ciri makna [+B, +O, +ND, +NY, +K, -H].
2. Subtipe Ib
Berciri makna [+B, +O, + nama perkerabatan (NK)]. Contohnya ibu, bapak, kakak, dan adik. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ib ini juga mengandung ciri makna [+NY, +K, dan +H}. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ib ini mengandung cciri makna [+B, +O, +NK, +Ny, +K, +H].
3. Subtipe Ic
Berciri makna [+B, +O, +Nama Pengganti(NP). Contoh dia, saya, kamu, dan mereka. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ic ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan –H]. Jadi, secara keseluruhan mengandung makna antara dia misalnya dengan mereka. Dia memiliki makna [+Tunggal (T)], sedangkan mereka memiliki makna [-Tunggal ]. Perbedaan ciri makna antara dia dan mereka dapat dilihat sebagai berikut:
Dia mereka
+B +B
+O +O
+NP +NP
+Ny +Ny
+K +K -H -H
+T -T
4.
Subtipe Id
Berciri makna [+B, +O, +Nama Jabatan(NJ)]. Contohnya dan. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Id ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandunng makna [+B, +O, +Ny, +K, dan +H].
5. Subtipe Ie
Berciri makna [+B, +O, dan Nama Gelar (NG)]. Contohnya: , ), selain itu, leksem-leksem nominal dari subtipe Ie ini jaga memiliki ciri makna[+Ny, +K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NG, +Ny, +K, dan +H]
6. Subtipe If
Berciri makna [+B, +O, dan + Nama Pangkat (Npa)].
Contohsersan, obsir, letnan, dan kolonel. Selain itu leksem-leksem nominal dari suptipe If ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K, dan +H]. Jadi leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NPa, +Ny, +K, dan +H].
Ciri makna [+H] yang ada pada leksem subtipe Ib, Ie, dan If; dan tidak ada pada leksem subtipe Id dan Ic menyebabkan leksem yang memiliki ciri itu dapat diberi keterangan numeral seorang, sedangkan yang tidak memiliki ciri itu tidak dapat diberi keterangan numeral seorang.
Bandingkan:
a. Seorang Fatimah – seorang adik
b. Seorang Hasan – seorang camat
c. Seorang kamu
– seorang doktor
d. Seorang dia – seorang letnan
b)
Tipe II
Berciri makna utama [+B dan institusi (I)]. Contoh : , dan Selain itu leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang metaforis (Om), +K, +H]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini berciri makna [+B, +I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om menyebabkan leksem nominal tipe II ini dapat menduduki fungsi gramatikal seperti leksem tipe I.
c)
Tipe III
Berciri makna utama [+B, +Binatag (Bi)]. Contoh: , dan . Selain itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K, dan +H]. Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III ini berciri makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
d)
Tipe IV
Berciri utama [+B dan +Tumbuhan (T)]. Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3 subtipe, yaitu:
1. Subtipe IVa
Berciri makna utama [+B, +T], misalnya dan Selain itu leksem-leksem nominal IVa memiliki pula ciri makna [+B, +Pohon (Po)]. Contoh: durian,dan . Selain itu, leksem-leksem nominal
2. subtipe IVb
Memiliki makna [+Hi, +H, dan K]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal subtipe IVb ini memiliki ciri makna [+B, +Po, +Hi, +H, dan K].
3. Subtipe IVc
Berciri makna utama [+B, +Tanaman (Ta)]. Misalnya dan. Selain itu leksem-leksem nominal subtipe IVc ini memiliki ciri makna [+Hi, +H, dan +K]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta, +Hi, +H, dan +K]. Perbedaan makna dalm ciri [+T], [Po], dan [+Ta] adalah bahwa [+T] mengandung segala sesuatu yang tumbuh; sedangkan [+Po] habnya yang berbatang keras, dan [+Ta] adalah sebagai usaha suatu yang ditanam.
e)
Tipe V
Berciri makna utama [+B, Buah-buahan (Bb)]. Misalnya mangga, rambutan, pisang dan nanas. Selain itu tipe ini juga memiliki makna [+H, +K, dan –Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki makna [+B, +Bb, +H, +K, dan –Hi]
f)
Tipe VI
Berciri makna utama [+B, +Bunga-bungaan (Bbu)]. Misalnya mawar, melati, kamboja, kembang sepatu, dan kenanga. Selain itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K, dan -Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H, +K, dan –Hi].
g)
Tipe VII
Berciri makna utama [+B, +Peralatan (Al). Tipe ini terbagi atas sembilan subtipe, yaitu:
1.
Suptipe VII a, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Masak (Ms).
Contohnya dan. Selain itu subtipe ini juga memiliki makna [+K, +H, dan –Hi]. Dengan demikian secara keseluruhan ciri makna subtipe ini adalah [+B, +Al, +Ma, +K, +H, dan –Hi].
2.
Subtipe VII b, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Makan ( Mk).
Contohnya , dan . Selain itu subtipe in juga memiliki ciri makna [+K, +H, dan +Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memiliki ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan +Hi].
3.
Subtipe VII c, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Pertukangan (Tk)].
Contohnya paludan . Selain itu sub tipe ini juga berciri makna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memili ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan –Hi].
4.
Subtipe VII d, mengandung ciri makna utama [+B, +Al, dan +Perbengkelan (Bkl)]. Contohnya dan. Selain itu subtipe ini juga bermakna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Bkl, +K, +H, dan –Hi].
5.
Subtipe VII e, berciri makna utama [+B, +Al, +Pertanian (Tn)]. Contohnya ,, dan Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Tn, +K, +H, dan –Hi].
6.
Subtipe VII f, berciri makna utama [+B, +Al, dan + Perikanan (Ik)].
Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Ik, +K, +H dan –Hi].
7.
Subtipe VII g, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Rumah tangga (Rt) ]. Contohnya dan . Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
8.
Subtipe VII h, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Tulis menulis (Tm)]. Contohnya , dan. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
9.
Subtipe VII i, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Olahraga (Or)]. Contohnya dan . Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secra keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Or, +K, +H, dan –Hi].
h)
VIII
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B, +Makanan-minuman (Mm)]. Contohnya dan. Selain iti tipe ini juga berciri makna [+K, -H, dan –Hi]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Mm, +K, -H, dan –Hi].
i)
Tipe IX
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B, +Geogrefi (Ge)]. Contohnya sungai,gunung dan laut. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan –Hi].
j)
Tipe ini berciri makna utama [+B, +Bahan baku (Bb). Contoh dan. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, dan –H]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan –Hi].
2. Kategori Verbal
Leksem-leksem verbal dalam bahasa Indonesia secara semantik ditandai dengan mengajukan tiga macam pertanyaan terhadap subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, dan (3) bagaimana keadaan subjek dalam klausa tersebut.
Berdasarkan analisis semantik, sejalan dengan Tampubolon (1979, 1988 a, 1988 b dalam Chaer), kategori verbal dapat dibedakan menjadi dua belas tipe. Keduabelas tipe itu adalah sebagai berikut:
a)
Tipe I
Tipe ini adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi. Pelaku verba ini adalah sebuah maujud berupa sebuah nomina yang berciri makna [+bernyawa]; dan tindakan sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut.
Secara semantik, verba tipe I ini sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (1) pelakunya adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia, dan (3) pelakunya bukan manusia. Contohnya adalah leksem dan adalah tindakan yang termasuk kelompok manusia; dan adalah verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya manusia dan bukan manusia; sedangkan dan adalah verba tindakan yang pelakunya bukan manusia.
b)
Tipe II
Adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman. Pada verba ini pelakuya adalah sebuah maujud berupa nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang disebut oleh verba tersebut sekaligus dapat pula sebagai maujud yang mengalami (secara kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh verba tersebut. Contoh:
–
Dia harga mobil bekas itu
–
Beliau pertanyaan para wartawan.
pada kalimat pertama adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan sekaligus mengalaminya. Begitu juga denga pada kalimat kedua.
Yang melakukan tindakan dan yang mengalaminya tidak harus selalu berupa maujud yang sama. Namun bisa juga atau lazimnya adalah berupa dua maujud yang berbeda. Contoh:
–
Pak lurah tanya persoalan itu kepada kami.
Dalam kalimat tersebut adalah pelaku utama; sedangkan yang mengalami adalah
c)
Tipe III
Tipe ini adalah verba yang menyatakan tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah maujud berup nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yag disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga ketidakpemilikian) juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Contoh:
–
Dika beli mobil dari Pak Fuad.
–
Pemerintah bantu para petani.
Dari kedua kalimat tersebut dan adalah pelaku; sedangkan dan petaniadalah pemiliknya. Kadang pemilik tidak direalisasikan dalam suatu kalimat. Contoh:
–
Dika beli mobil baru.
d)
Tipe IV
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Pelaku tindakan berupa nomina berciri makna [+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu sendiri maupun tidak. Lokasinya berupa frase preposisional.
Contoh:
–
Nita ke pasar.
–
Beliau baru dari dari Yogyakarta.
e)
Tipe V
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina umum yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi. Contoh:
–
Daun
–
ndela itu
Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V ini (dan juga verba proses lainnya, tipe VI, tipe VIII). Ketiga persoalan itu adalah:
(1) Proses perubahan yang terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung dalam waktu singkat dapat juga dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, ada verba proses yang dapat diberi keterangan “sedang” seperti “sedang pecah”.
(2) Sebenarnya suatu proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada verba proses saa tetapi juga pada verba tindakan, sebab sesungguhnya suatu tindakan akan menyababkan terjadinya proses.
(3) Sering kita sukar untuk membedakan verba proses dengan verba keadaan (verba tipe IX, X, XI, dan XII). Misalnya pada verba Diuji daengan pertanyaan “apa yang terjadi pada subjek?” maka jawabannya subjek itu layu. Jadi, jelas di situ adalah proses. Tetapi kalau diuji denga pertanyaan “bagaimana keadaan subjek?” maka jawabannya adalah subjek itu layu dan menjadi verba keadaan.
f)
Tipe VI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses-pengalaman.
Contoh:
–
Rupanya kau sudah bosan padaku.
–
Ibu cemas akan keselamata anank-anak itu.
Pada kedua kalimat itu dan adalah proses pengalaman sedangkan dan adalah maujud yang mengalami prose situ.
g)
Tipe VII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses benefaktif subjek dalam kalimat yang menggunaan verba tipe VII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian memperoleh atau kehilangan (kerugian).
Contoh:
–
PSSI menang 2-0 atas Singapura.
–
Dia kalah 2 juta rupiah.
dan adalah verba proses benefaktif; sedangkan dan adalah maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba tersebut.
h)
Tipe VIII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini berupa nomina yang mengalami suatu proses perubahan tempat (lokasi).
Contoh:
–
Pesawat itu baru tiba dari Surabaya
–
Matahari terbit di ufuk timur
Leksem dan pada kalimat adalah verba proses-lokatif; sedangkan leksem dan adalah maujud yang mengalami proses perubahan lokasi itu.
i)
IX
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan. Subjek kalimat dalam tipe ini berupa nomina umum yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Contoh:
– Wajah mereka selalu
– Sawah-sawah di situ mulai
dan pada kalimat di atas adalah verba keadaan; sedangkan leksemdan adalah maujud yang berada dalam keadaan itu.
j)
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam kalimat menggunakan tipe ini adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasi.
Contoh:
–
Dia memang takut kepada orang itu.
–
Kami tahu hidup di kota memang sukar.
dan pada kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kallimat pertama, subjek yang mengalami keadaan yang disebutkan oleh predikat , pada kalimat keduaadalah subjek yangmengalami keadaan tahu itu.
k)
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan benafaktif subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe XI ini adalah sebuah nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu.
Contoh:
–
Ia sudah punya istri.
–
Dia ada uang lima juta.
dan pada kalimat di atas adalah verba keadaan benefaktif. Sedangkan dan adalah subjek yang berada dalam keadaan memiliki. Menurut Tampubolon (1979) verba dasar yang menyatakan keadaan keadaan benefaktif hanya kedua kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar cukup banyak seperti dan
l)
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan-lokatif. Subjek pada kalimat yang mengunakan verba ini adalah nomina yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
Contoh:
–
Petani itu diam di gubuk itu.
–
Pak Menteri hadir di sana.
Diamdan adalah verba yang menyatakan keadaan lokatif. Sedangkan tdan adalah subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada unsure keterangan.
–
Verba dasar Tipe XII ini memang jarang, tetapi verba yang bukan dasar cukup banyak seperti
3.
Kategori Adjektival
Leksem-leksem adjektival dalam bahasa Indonesia secara semantik adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu. Secara semantik akjetival dapat dibagi menjadi delapan tipe.
1. Tipe I adalah leksem ajektif yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin manusia yang termasuk di dalamnya yang dipersonifikasikannya.
Misalnya: marah, galak, baik, sopan, berani, takut dan jahat.
2. Tipe II adalah leksem ajektif yang menyatakan keadaan bentuk.
Misalnya: bundar, bulat, lengkung, bengkok, lurus, dan miring
3. Tipe III adalah leksem ajektif yang menyatakan ukuran.
Misalnya: panjang, pendek, tinggi, gemuk, kurus, lebar, luas, ringan,dan berat.
4. Tipe IV adalah leksem yang menyatakan waktu dan usia.
Misalnya: lama, baru, muda, tua.
5. Tipe V adalah leksem ajektif yang menyatakan warna.
Misalnya: merah, kuning, biru, hijau, ungun, cokelat dan lembayung.
6. Tipe VI adalah leksem ajektif yang menyatakan jarak
Misalnya: jauh, dekat, sedang.
7. Tipe VII adalah leksem ajektif yang menyatakan kuasa tenaga.
Misalnya: kuat, lemah, segar, lesu dan tegar.
8. Tipe VIII adalah leksem ajektif yang menyatakan kesan atau penilaian indra.
Misalnya: sedap, lezat, manis, pahit, cantik, tampan, cemerlang, harum, bau, wangi, kasar, halus dan licin.
Perbedaan yang hakiki antara verba-keadaan dengan ajektifal adalah terletak pada fungsinya dalam suatu kontruksi. Pada kontruksi predikat leksem-leksem tersebut cenderung berciri verba sedangkan pada kontruksi atributif berciri ajektiva. Misalnya kontruksi dan. Pada kontruksileksem adalah ajektiva sedangkan padaadalah verba, sebab adalah kontruksi atributif sedangkanadalah kontruksi predikatif.
4. Kategori Pendamping
Kategori pendamping adalah leksem-leksem tetentu yang mendampingi nomina, verba, ajektif, dan juga klausa untuk memberikan keterangan tertentu yang bukan menyatakan keadaan atau sifat.
a) Pendamping Nomina
Leksem-leksem pendamping nomina, antara lain, menyatakan:
1) Pengingkaran
Leksem ini hanya satu yaitu kata yang ditempatkan di muka nomina tersebut. Misalnya
2) Kuantitas atau jumlah
Jumlah leksem untuk menyatakan kuantitas banyak antara lain:
–
Beberapa
–
Semua
–
Seluruh
–
Sejumlah
–
Banyak
Semua pendamping yang menyatakan kuantitas di atas ditempatkan di muka nominanya dan yang lain adalah
3) Pembatasan
Leksemnya adalah dan leksem hanya ditempatkan di muka nomina, sedangkan leksem saja di belakang nomina. Misalnya dan
4) Tempat berada.
Leksem yang digunakan adalah dan . Misalnya pada, dan . Pendamping dan seringkali secara bebas dapat dipertukarkan seperti atau , atau , tetapi tidak dapat menjadi Perbedaanya adalah menyatakan lokasi yang sebenarnya, sedangkan untuk lokasi yang tidak sebenarnya. Bogor adalah lokasi yang sebenarnya. Jadi, dapat dengan pembanding tetapi tidak dapat dengan pendamping . Sebaliknya agama tidak dapat tetapi dapat
5) Tempat Asal
Leksem yang digunakan adalah . Misalnya dan Selain menyatakan asal tempat, pendamping dapat juga menyatakan asal bahan sepertijuga dapat menyatakan asal waktu seperti dan
6) Tempat tujuan atau arah sasaran.
Leksem yang digunakan adalah dan Misalnya
Pendamping ke lazim untuk menyatakan tempat yang sebenarnya sedangkan untuk menyatakan tempat yang tidak sebenarnya.
7) Hal atau perkara
Leksem yang digunakan adalah dan Pendamping ini lazim digunakan di depan nomina yag berada dalam suatu klausa intransitif. Misalnya:
–
Berdiskusi mengenai nilai-nilai sastra.
–
Berbicara tentang kenakalan remaja.
–
Berdebat mengenai pancasila.
8) Alat
Leksem yang digunakan adalah kata , misalnya (menulis) dengan pensil, (memotong) pisau, dan (mengikat) dengan tali. Tapi perlu dicatat, pendamping selain menyatakan “alat” dapat juga digunakan untuk menyatakan kebersamaan seperti (pergi)(berjalan) dan (bermain)
9) Pelaku
Leksem yang digunakan adalah kata yang ditempatkan di muka nomina. Misalnya dan
10) Batas tempat dan batas waktu
Leksem yang digunakan adalah kata, dan yang ditempatkan di muka nomina atau nomina waktu. Misalnya, dan
b) Pendamping Verba
Leksem-leksem pendamping verba, antara lain, menyatakan:
1) Pengingkaran. Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan bukan yang ditempatkan di muka verba itu. Misalnya , dan
Leksem hanya digunakan di muka verba dalam suatu klausa yang dikontraskan dengan klausa lainnya. Misalnya :
–
Dia menangis karena sedih melainkan karena gembira.
–
Kami membantah perintah Bapak, hanya meminta waktu untuk mengerjakannya.
2) Berbagai aspek. Antara lain aspek selesai (perpektif) dengan leksem aspek belum selesai (imperfek) dengan leksem dan aspek baru mulai (inkoatif) dengan leksem mulai. Contoh pemakaian.
–
–
–
3) Berbagai modalitas. Antara lain leksem dan
–
–
–
4) Kuantitas. Leksem yang diguakan, antara lain; sering, seringkali, acapkali, jarang, banyak, kurang selalu, dan sebagainya. Contoh pemakaian:
–
–
5) Kualitas. Leksem yang digunakan antara lain: sangat, agak, cukup, paling, dansekali. Leksem-leksem ini lazimnya mendampingi verba keadaan. Contoh pemakaian:
–
–
6) Pembatasan. Leksem yang digunakan adalah
k
ata
dan
Leksem
diletakkan
di belakang verba, sedangkan di muka verba. Misalnya
c) Pendamping Ajektiva
Leksem-leksem pendamping ajektiva, antara lain menyatakan:
1) Pengingkaran. Leksem yang digunakan adalah kata
tidak
dan bukan.
Misalnya tidakdan
Leksem dapat digunakan dimuka nama warna seperti dan dan di muka ajektiva yang mirip dengan verba keadaan seperti dan
2) Kualitas. Leksem yang digunakan adalah kata-kata dan Misalnya dan
d) Pendamping Klausa
Leksem-leksem pendamping klausa mempunyai posisi yang agak bebas. leksem-leksem itu dapat ditempatkan pada awal klausa di tengah klausa, atau pada akhir klausa. Distribusinya ini tentu saja memberi nuansa makna yang berbeda.
Leksem-leksem pendamping klausa ini, antara lain, memberi makna:
1) Kepastian. Leksem yang digunakan adalah dan misalnya:
– dia hadir
– Dia hadir
– dia belum makan dari pagi
– Dia belum makan dari pagi
2) Keraguan. Leksem yang digunakan adalah kata dan Misalnya:
– Barangkali dia lupa.
– Kami mungkin tidak hadir di pesta pernikahanmu.
3) Harapan. Leksem yang digunakan adalah kata-kata moga-moga, semoga,dan
– Kamu hendaknya menemani ayah ke ladang.
– Kamu seharusnya tidak berkata begitu
5. Kategori Penghubung
Kategori penghubung adalah leksem-leksem tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan kalimat secara koordinatif maupun secara subordinatif.
a)
Penghubung koordinatif
Leksem-leksem penghubung koordinatif, antara lain menyatakan makna:
1)
Penghubungan
Leksem yang digunakan adalah untuk menyatakan penggabungan antara dua buah kata, dua buah frase, atau dua buah klausa; serta untuk menyatakan penggabungan bisa sama seperti untuk menyatakan gabungan biasa antara dua buah kata. Perhatikan contoh berikut:
• Loli dan Rina sedang belajar
• Kakek serta Nenek pergi ke Lampung.
• Kami menangkap ayam itu memasukkannya ke dalam kandang.
Penghubung dan serta dapat dipakai untuk menghubungkan dua buah adjektiva yang maknanya sejalan seperti
• Gadis itu ramah dan rajin
• Guru kami tinggi dan besar
Tetapi tidak dapat dipakai untuk menghubungkan dua adjektiva yang maknanya berlawanan, kecuali pada posisi subjek. Perhatikan!
• Pemuda itu rajin dan malas
• Rajin dan malas bagi kami tidak ada bedanya
2)
Pemilihan
Leksem yang digunakan adalah kata Leksem ini dapat menghubungkan kata dengan kata dan juga klausa dengan klausa. Misalnya:
• Dia atau Ahmad yang kau cari?
• Saya akan datang sendiri mengatarkan buku ini atau kau yang akan datang mengambilnya ke rumahku?
3)
Mempertentangkan dan mengontraskan
Leksem yang digunakan adalah yang dapat digunakan antara kata dan kata atau klausa dan klausa, sedangkan yang digunakan antara klausa dengan klausa; namun yang digunakan antara kalimat dan kalimat; dan sebaliknya yang digunakan antara kalimat dan kalimat. Contoh pemakaian.
Anak itu cerdas malas
• Anak itu memang cerdas tetapi malas.
• Dua orang pencuri masuk ke rumah itu, sedangkan seorang temannya menunggu di luar.
4)
Mengoreksi atau membetulkan
Leksem yang digunakan adalah dan yang digunakan di anatara dua klausa. Misalnya:
• Bukan dia yang datang, melainkan temannya.
• Kami tidak meminta ganti rugi yang banyak, hanya meminta yang wajar-wajar saja.
5)
Menegaskan
Leksem yang digunakan adalah Perhatikan contoh berikut ini.
• Ditambah garam sayur ini bukan menjadi sedap. Malah menjadi tidak enak.
• Masakan di restauran ini enak dan harganya murah. Lagipulapelayanannya baik.
• Jangankan seribu rupiah, seratus pun saya tak punya.
6)
Pembatasan
Leksem yang digunakan adalah dan Kedua leksem ini dipakai di antara dua klausa. Contoh:
• Semua pertanyaannya dapat kujawab, kecuali pertanyaan mengenai jumlah penduduk miskin itu.
• Soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik, hanya soal nomor lima yang aku ragukan jawabannya.
7)
Mengurutkan
Leksem yang digunakan adalah dan itu. Perhatikan contoh berikut:
• Dia mengambil sebuah buku, lalu duduk membacanya.
• Beliau menyilakan kami masuk, kemudian menyuruh kami duduk.
Dalam suatu paragraf yang klausa-klausa atau kalimat-kalimat merupakan kejadian yang kronologis, semua leksem penghubung itu dapat digunakan, misalnya:
•
Mula-mula diambilnya kertas dan pena, lalu ditulisnya sebuah surat,kemudian dipanggilnya anaknya, selanjutnya disuruhnya anaknya itu mengantarkan surat itu.
8)
Menyamakan
Leksem-leksem yang digunakan adalah dan untuk menyamakan dan menjelaskan; dan leksem dan untuk menyamakan-menjelaskan dua konsituen yang sama maknanya. Perhatikan contoh berikut:
• Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Soekarno, dimakamkan di Blitar.
• Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia.
9)
Kesimpulan dari yang sudah dibicarakan sebelumnya
Leksem yang digunakan adalahdan. Perhatikan contoh berikut!
• Mereka adalah orang-orang yang sering berlaku curang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati menghadapinya.
• Sejak kecil anak-anak itu harus kita biasakan bangun pagi-pagi, mandi, dan berangkat ke sekolah pada waktunya. Dengan demikian, kelak mereka akan menjadi manusia yang berdisiplin.
b)
Penghubung
Subordinatif
Penghubung subordinatif menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat. Konstituen yang satu merupakan konstituen bebas, sedangkan konsituen yang lain, yang di mukanya diberi leksem penghubung subordinatif ini merupakan konsituen bawahan yang terikat pada konsituen pertama. Posisi kedua konsituen itu dapat dipertukarkan sehingga penghubung subordinatif itu dapat berada pada awal kalimat maupun ditengah kalimat.
Leksem-leksem subordinatif ini antara lain, menyatakan makna:
1)
Penyebab
Leksem yang digunakan adalah sebab, karena, lantaran dan berhubung, misalnya:
• Mereka terlambat jalan macat
• Anak itu sakit perut terlalu banyak makan mangga muda.
2) Akibat
Leksem yang digunakan adalah hingga, atau sehingga, sampai dan sampai-Misalnya:
• Dia terlalu banyak makan mangga muda hingga perunya sakit.
• Tukang copet itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
3) Syarat atau kondisi yang harus dipenuhi
Leksem yang digunakan adalah dan. Misalnya:
• Bila dia datang kita segera berangkat.
• Bilamana cuaca buruk, jendela itu harus kalian tutup.
4) Pengandaian
Leksem yang digunakan adalah dan. Misalnya:
• saya punya uang satu miliar, kamu akan saya bagi separuhnya.
• puteri itu menjadi pacarku saya akan senang sekali.
5) Penegasan
Leksem yang digunakan adalah walau (walaupun), biar (biarpun), meski (meskipun), kendati (kendatipun), sungguhpun, sekalipun dan walaupun. Misalnya:
• Meskipun tidak lulus ujian, dia tertawa-tawa saja.
• Sayur ini masih terasa hambar walaupun sudah ditambah garam.
6) Perbandingan
Leksem yang digunakan adalah dan. Misalnya:
• Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan.
• Sorot matanya begitu tajam seolah-olah kami ini betul-betul bersalah.
7) Tujuan
Leksem yang digunakan adalah agardan. Misalnya:
• Buat orang-orang kaya harga karcis masuk itu sangat murah.
• Jalan layang dibangun guna melancarkan arus lalu lintas.
8) Waktu
Leksem yang digunakan bermacam-macam, tergantung pada waktu yang diterangkan, diantaranya adalah untuk menyatakan waktu yang bersamaan; untuk menyatakan jangka waktu tertentu yang bersamaan; , atau nntuk menyatakan awal waktu; . Untuk menyatakan batas waktu; Untuk menyatakan waktu lebih dahulu , dan Untuk menyatakan waktu lebih kemudian. Contohnya:
• Mereka datang ketika nenek tidak ada dirumah.
• Sewaktu kami tiba beliau sedang tidur.
• Tatkala melihat kami, dia cepat-cepat bersembunyi.
9)
Penjelasan
Leksem yang digunakan adalah kata : misalnya
• Kabar bahwa mereka akan menikah bulan depan saya sudah tahu.
• Kami belum mendengar bahwa harga sembako sudah normal lagi.
10)
Keadaan
atau cara
Leksem yang digunakan adalah dan . Misalnya:
• Dengan berbisik-bisik ditawarkannya majalah porno itu kepada setiap penumpang.
• Dia berjalan terus tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan.
Namun menurut Saeed (2003: 55) kategori gramatikal seperti kata benda, kata depan dll, meskipun didefinisikan dalam linguistik modern pada tingkat sintaksis dan morfologi, tidak mencerminkan perbedaan semantik: berbagai kategori kata harus diberi deskripsi semantik yang berbeda. Sebagai contoh: nama, kata benda umum, kata ganti, dan apa yang kita sebut kata-kata logika semua menunjukkan karakteristik yang berbeda dari referensi dan maknanya:
Contoh :
a. nama mis Fred Flinistone
b . Kata umum mis anjing, pisang, tarantula
c. ganti mis Aku, kamu, kita, mereka
d. kata logika mis tidak, dan, atau, semua, apapun
Melihat jenis kata-kata, kita dapat mengatakan kata itu beroperasi dengan cara yang berbeda. Beberapa jenis kata dapat digunakan untuk merujuk misalnya nama, sedangkan yang lain mungkin tidak misalnya jenis kata yang masuk katagori kata-kata logika. Beberapa jenis kata hanya dapat ditafsirkan dalam konteks tertentu saja misalnya kata ganti, sedangkan yang lain digunakan dalam berbagai macam konteks misalnya kata yang masuk dalam katagori kata-kata logis; dan seterusnya. Tampaknya juga bahwa hubungan semantik akan cenderung berbeda antara anggota dari kelompok yang sama, bukan di seluruh kelompok, sehingga hubungan semantik antara kata benda umum seperti pria wanita, hewan dan lainnya lebih jelas daripada antara setiap kata benda dengan kata-kata seperti dan, atau, tidak, dan sebaliknya.
Kata kunci:
Sumber Bacaan / Daftar Pustaka
Chaer,
Abdul
. 2009. . Jakarta: Reneka Cipta.
————————
. . Jakarta: Reneka Cipta.
Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1998. (Edisi ke-6). Orlando: Harcourt Brace College Publishers.
Lyons, John. 1996/1995. . Cambridge: Cambridge University Press.
Matthews, Peter. 1997. . Oxford: Oxford University Press.
Russo, Vito. 1993. .
© 1993-1995 Microsoft Corporation.
Saeed, John.I. 2000/1997. . Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
コメント